Jumat, 03 April 2015
10 Keutamaan dan Keistimewaan Bulan Ramadhan
" Yaa Allah, pertemukanlah aku dengan Ramadhan, dan pertemukanlah Ramadhan denganku, dan jadikan amal ibadahku pada bulan mulia itu diterima disisi Mu "Sekilas kita bertanya – tanya, " apa sih keutamaan bulan Ramadhan dibandingkan bulan – bulan yang lain ? " dalam postingan kali ini, akan kami sebutkan sedikitnya sepuluh keutamaan bulan Ramadhan, meskipun sebenarnya banyak sekali keutamaan bulan yang mulia ini yang telah disebutkan oleh para ulama. Yang kami harapkan bisa bermanfaat bagi kita semua.
![]() |
Keutamaan dan Keistimewaan Bulan Ramadhan |
1 – Al Qur’an Diturunkan Pada Bulan Ramadhan
Allah ta’ala berfirman :“Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan ) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda ( antara yang hak dan yang bathil )“ ( Al Baqarah : 185 )
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata ( Allah ta’ala memuji bulan bulan Puasa diantara bulan – bulan lainnya, dengan memilih bulan tersebut ( sebagai waktu ) diturunkannya Al Qur’an ) lihat Tafsir Ibnu Katsir 1 / 282
“Karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir ( di negeri tempat tinggalnya ) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan ( lalu ia berbuka ), Maka ( wajiblah baginya berpuasa ), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur “ ( Al Baqarah : 185 )
Syaikh Shalih Al Fauzan hafidzahullah berkata ( dalam ayat yang mulia ini Allah menyebutkan 2 keutamaan bulan Ramadhan: ……………. Yang kedua adalah dengan diwajibkannya puasa Ramadhan atas umat ini, sebagaimana firman Allah “ karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir ( di negeri tempat tinggalnya ) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, “ ) lihat ithaaful Iman bi Duruus Syahri Ramadhan hal. 15
3. Pintu Langit Dibuka Sedangkan Pintu – Pintu Neraka Ditutup
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :إذا دخل شهر رمضان فتحت أبواب السماء و غلقت أبواب جهنم و سلسلت الشياطين
“Apabila telah datang bulan Ramadhan, pintu – pintu langit dibuka, sedangkan pintu – pintu neraka akan ditutup, dan setan dibelenggu“ ( diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim )
4. Diampuninya Dosa – Dosa Di Bulan Itu
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :من صام رمضان إيماناً واحتساباً غُفر له ما تقدم من ذنبه
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa – dosanya yang telah lalu“ ( diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim )
Dalam hadits lain beliau bersabda :
رغم أنف رجل دخل عليه رمضان ثم انسلخ قبل أن يغفر له
“Celakalah seseorang, ia memasuki bulan Ramadhan kemudian melaluinya sedangkan dosanya belum diampuni “ ( diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ahmad )
5. Dilipat Gandakan Pahala Pada Bulan Ramadhan
Rasulullah shallallah alaihi wa sallam bersabda :عمرة في رمضان تعدل حجة
“Pahala umrah pada bulan Ramadhan menyamai pahala ibadah haji“ ( diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim ), Dalam riwayat Muslim disebutkan “……..menyamai pahala ibadah haji bersamaku“
Ibnu Rajab rahimahullah berkata ( Abu Bakr bin Abi Maryam menyebutkan bahwa banyak guru – gurunya yang berkata : apabila telah dating bulan Ramadhan maka perbanyaklah berinfaq, karena infaq pada bulan Ramadhan dilipat gandakan bagaikan infaq fi sabilillah, dan tasbih pada bulan Ramadhan lebih utama daripada tasbih di bulan yang lain )
6. Lailatul Qadr Ada Di Bulan Ramadhan
Lailatul Qadr ( malam kemuliaan ) adalah suatu malam yang ada pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan, yang mana malam tersebut memiliki banyak sekali barakah dan kemuliaan, bahkan satu malam tersebut lebih baik dari seribu bulan.“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar“ ( Al Qadr : 1-5 )
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
إن هذا الشهر قد حضركم و فيه ليلة خير من ألف شهر من حرمها فقد حرم الخير كله
“Sesungguhnya bulan (Ramadhan) telah dating kepada kalian, di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dari seribu bulan, barang siapa yang tidak mendapatinya maka ia telah kehilangan banyak sekali kebaikan“ ( diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan dihasankan oleh Al Mundziry )
7. Disyareatkannya I’tikaf Di Bulan Ramadhan
“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu.Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa “ ( Al Baqarah : 187 )
Anas radhiallahu anhu berkata :
“Adalah Nabi shallallahu alaihi wa sallam beri’tikaf pada 10 hari terakhir dari bulan Ramadhan, sampai beliau wafat, kemudian istri – istri beliau pun beri’tikaf setelahnya“ ( diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim )
8. Puasa Ramadhan Salah Satu Sebab Masuk Surga
Pada masa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ada dua orang dari bani Qudha’ah yang masuk islam, kemudian salah seorang dari mereka mati syahid, sementara yang satunya wafat setahun kemudian, salah seorang sahabat bernama Thalhah bin Ubaidillah radhiallahu anhu berkata : aku bermimpi melihat surga, lalu aku melihat orang yang wafat setahun kemudian tersebut masuk surga sebelum orang yang mati syahid, akupun terheran – heran, maka tatkala pagi hari aku memberitahu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, beliaupun bersabda :أليس قد صام بعده رمضان و صلى ستة آلاف أو كذا و كذا رعكة صلاة سنة
“Bukankah setelah itu ( dalam waktu setahun ) ia berpuasa Ramadhan, shalat enam ribu rakaat atau shalat sunnah beberapa rakaat?“ ( diriwayatkan oleh Ahmad dan dishahihkan oleh Albani )
9. Bulan Ramadhan Bulan Ibadah Dan Amal Kebaikan
Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda :من قام رمضان إيمانا و احتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه
“Barangsiapa yang berdiri shalat pada bulan Ramadhan dengan penuh iman dan mengharap pahala maka akan diampuni dosa – dosanya yang telah lalu“ ( diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim )
Inilah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, apabila telah memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, beliau mengencangkan sarung beliau, menghidupkan malam Ramadhan, dan membangunkan keluarganya.
Inilah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, beliau adalah orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan lagi apabila datang bulan Ramadhan.
10. Bulan Ramadhan Adalah Bulan Penuh Berkah, Rahmat, Dan Mustajabnya Doa
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :أتاكم رمضان شهر مبارك
“Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan penuh berkah“ ( diriwayatkan oleh An Nasai dan dishahihkan oleh Albani )
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
إذا دخل شهر رمضان فتحت أبواب الرحمة و غلقت أبواب جهنم و سلسلت الشياطين
“Apabila telah masuk bulan Ramadhan, maka dibukalah pintu – pintu rahmat, sedangkan pintu – pintu neraka jahannam ditutup, dan setanpun dibelenggu“ ( diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dan ini adalah lafadz Muslim )
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
إن لكل مسلم في كل يوم و ليلة – يعني في رمضان – دعوة مستجابة
“Sesungguhnya setiap muslim pada tiap siang dan malam hari – pada bulan Ramadhan – memiliki doa yang mustajab“ ( diriwayatkan oleh Al Bazzar dan dishahihkan oleh Albani )
Demikian sedikit informasi mengenai keutamaan Ramadhan yang bisa kami sajikan. Semoga amal ibadah kami diterima. Amin
Lihat juga: 10 Cara Menyambut Bulan Suci Ramadhan
Kecantikan Wanita Itu Bernama Pengabdian
Kecantikan Wanita Itu Bernama Pengabdian

Pernahkah kita melihat seorang istri yang menyuguhkan wajah kurang sopan setelah mengetahui hal yang dilakukannya kurang mendapat penghargaan dari suami?. Ternyata disinilah cara cantik Allah dalam mengajarkan indahnya keikhlasan kepada para wanita. Keikhlasan dalam pengabdian. Dan hasil akhirnya tergantung para istri itu sendiri, tetap bersabar, ikhlas dan tawakkal, ataukah memilih jalan emosi dan perasaannya saja. Namun, satu hal yang pasti, Allah adalah yang maha membalas atas pilihan hidup yang kita jalankan.
Subhanallah,
pernahkah kita berpikir betapa indah cara mendidik Allah yang tetuang
dalam sebuah pengabdian kepada para suami kita?. Tidak bisa kita
pungkiri bahwa para laki laki, adalah pemimpin para wanita. Namun,
walaupun beliaunya adalah seorang pemimpin, mereka tetaplah manusia
biasa. Para suami bukanlah seorang tanpa cela, adakalanya pula mereka
berbuat kesalahan yang sama dengan yang dilakukan para istri. Bukankah
tiada yang sempurna kecuali Allah subhana wata'ala. Jika sebuah
kekurangan dalam diri suami tersebut disikapi dengan kehangatan sikap
sebagai sebuah pengabdian sang istri, maka hal tersebut justru
menjadikan Puncak dan sekaligus landasan bagi segala daya tarik seorang
istri.
Ketika
suami yang melihat ketekunan istrinya menjalankan ibadah dan
mengikhlaskan segala cinta, aktifitas dan kerja-kerjanya semata untuk
mengharapkan keridhoan Ilahi, tentu saja akan semakin menghangat
hatinya, dan keinginan untuk menjadi lebih baik dalam segala halpun
InsyaAllah akan semakin menguat. Dan, yang terindah dari semua itu, sang
istri akan menggapai kemuliaan dirinya di hadapan Allah Penguasa Alam
Semesta dan di hadapan segenap makhlukNya.
Ternyata memanglah benar, mengabdi bukan berarti membungkam kekuatan wanita. Lewat sikap ini, wanita menunjukkan bahwa dia bukan hanya mahluk yang memiliki kelembutan hati dan tutur serta sikap santun, akan kekuatan tersembunyi yang luar biasa.
Pahit getir kehidupan serta kepedihan seringkali dihadapi istri dalam mendampingi suami. Tidak jarang pula cobaan-cobaan tersebut terkadang serasa di luar batas kesanggupannya sebagai individu untuk menghadapinya, namun ketika pengabdian sudah terpatri dalam hati, maka siapapun akan terperangah, bagaimana mahluk yang kita pandang lemah lembut dan ringkih, wanita, bisa menghadapi semua itu.
Dalam pengabdian, juga terkandung makna menutupi aib dan atau kekurangan pasangan kita.Susah memang untuk tetap tersenyum menghadapi kenyataan yang mungkin bahkan jika kekurangan suami kita telah diketahui begitu banyak manusia di luar sana.
Ternyata memanglah benar, mengabdi bukan berarti membungkam kekuatan wanita. Lewat sikap ini, wanita menunjukkan bahwa dia bukan hanya mahluk yang memiliki kelembutan hati dan tutur serta sikap santun, akan kekuatan tersembunyi yang luar biasa.
Pahit getir kehidupan serta kepedihan seringkali dihadapi istri dalam mendampingi suami. Tidak jarang pula cobaan-cobaan tersebut terkadang serasa di luar batas kesanggupannya sebagai individu untuk menghadapinya, namun ketika pengabdian sudah terpatri dalam hati, maka siapapun akan terperangah, bagaimana mahluk yang kita pandang lemah lembut dan ringkih, wanita, bisa menghadapi semua itu.
Dalam pengabdian, juga terkandung makna menutupi aib dan atau kekurangan pasangan kita.Susah memang untuk tetap tersenyum menghadapi kenyataan yang mungkin bahkan jika kekurangan suami kita telah diketahui begitu banyak manusia di luar sana.
Memanglah
tidak semudah mengatakan untuk selalu tersenyum sambil menceritakan
kebaikan-kebaikan suami kita sedangkan disisi lain kitapun mengetahui
segala keburukannya. Namun sekali lagi, jika hal tersebut disikapi
dengan kehangatan sikap sebagai sebuah pengabdian sang istri, maka hal
tersebut justru menjadikan Puncak dan sekaligus landasan bagi segala
daya tarik seorang istri.
Bukan
main ternyata akhlak yang dimiliki wanita yang benar-benar mengabdi
pada suami mereka atas dasar beribadah kepada Allah subhanahu wata'ala
Ikhwan sejati
About Me
- alfaruq fjs
- Jangan pernah mengeluh atas apa2 yang diberikan Allah kepadamu kabarkan kepada Nya bahwa engkau ikhlas dan bersyukur atas segala keputusan Nya
kunjungi juga
Pencarian
Pelita Ilahi
Bentuk Pengabdian Manusia Kepada Allah Swt
Di dalam al-Qur’an, Allah Swt. memaktubkan bahwa tugas hidup manusia adalah beribadah kepada-Nya. “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
(QS. Adz-Dzaariyat: 56). Lalu timbul pertanyaan, bagaimana sikap
manusia terhadap bentuk pengabdian atau ibadah manusia kepada Allah Swt?
Apakah cukup hanya dengan sekedar menjalankan ibadah-ibadah dianjurkan
untuk dilakukan saja? Apakah cukup dengan menjadikan semua aktivitas
yang dilakukan harus mengandung nilai ibadah kepada-Nya?
Bila dikaji di dalam al-Qur’an, seluruh pertanyaan tersebut telah dijelaskan Allah Swt. Ada tiga bentuk pengabdian manusia kepada Allah Swt. Pertama, Ketundukan hati kepada Allah Swt. Para ulama sepakat, bahwa yang dimaksud dengan ibadah adalah tunduk, patuh dan merendahkan diri di hadapan Allah Swt. Artinya, pengabdian manusia semata-mata kepada Allah Swt.
Apa pun yang dilakukan manusia mesti bersandarkan dan berorientasi kepada nilai ketundukan, kepatuhan dan sikap merendahkan diri di hadapan Allah Swt. Dan ibadah, bukanlah sekedar shalat, puasa, zakat dan haji saja. Tapi apa pun yang dilakukan manusia yang mengandung nilai baik bisa dijadikan ibadah kepada Allah Swt. Bagaimana caranya? Rasulullah Saw. telah mengajarkannya melalui sabdanya, “Setiap pekerjaan yang punya nilai tetapi pekerjaan tersebut tidak dimulai dengan Bismillahhirrahmanirrahim, maka pekerjaannya terputus.”
Maksud dari kata terputus, menurut Syeikh Mutawalli Sya’rawi di dalam tafsirnya, hilangnya keberkahan dan pahala dari Allah Swt. Pekerjaan yang dilakukan menjadi tidak sempurna. Orang yang memulai pekerjaannya dengan membaca basmalah, ia tidak hanya mendapatkan balasan materi dari yang dikerjakannya, tapi juga mendapatkan balasan pahala dari Allah Swt. Dan inilah yang membedakan pekerjaan orang Islam dengan orang kafir.
Banyak di antara pribadi muslim kurang menyadari betapa pentingnya mengawali pekerjaan-pekerjaan yang baik dengan membaca basmalah. Padahal, tidaklah perbuatan baik tersebut bisa dilakukan tanpa ada izin Allah Swt. Dengan membaca basmalah, pada dasarnya kita sedang menunjukkan kerendahan diri kita kepada Allah Swt. Hanya Allah yang memberi kekuatan sehingga kita bisa melakukan pekerjaan tersebut.
Kedua, Taat kepada Allah tanpa perasaan berat. Sudah lazim terdengar, ketika seseorang disuruh beribadah kepada Allah kerap menjawab belum mampu atau belum siap. Ibadah kepada Allah tidak ada yang mudah, termasuk mengawali basmalah di setiap melakukan pekerjaan yang baik. Karena yang namanya tunduk, patuh dan menunjukkan sikap rendah diri kepada Allah memang diiringi dengan aturan-aturan yang cukup berat. Shalat shubuh, misalnya. Shalat fardhu yang dilakukan di saat terbit fajar ini berat bagi orang yang tak ingat akan tugas utama hidupnya di dunia ini adalah beribadah kepada Allah Swt.
Bahkan di dalam al-Qur’an, Allah Swt. juga menggambarkan seperti apa orang yang taat, patuh dan memiliki ketundukan hati kepada Allah Swt. “Tidak! Barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, Maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. Al-Baqarah [2]: 112). Secara singkat, ketundukan hati kepada Allah Swt. membuat seorang muslim tidak merasa berat dalam menjalankan pengabdian, bahkan ia tidak akan bersedih hati bila hal-hal yang tidak menyenangkan menimpa dirinya.
Sungguh, posisi seorang muslim dalam pengabdiannya kepada Allah Swt. juga digambarkan di dalam Al-Qur’an, “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisa: 65)
Artinya, seorang muslim tidak akan memiliki sedikit pun perasaan berat terhadap ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya. Malah, ia merasa mendapatkan kepuasan dari apa yang telah ditetapkan Allah. Pribadi inilah yang termasuk dalam sabda Rasulullah Saw. “Demi Allah Tuhan Ka’bah, sembahlah Allah sampai engkau benar-benar merasakan kepuasan. Jika tidak mampu, hendaklah dalam kondisi sabar saat menghadapi sesuatu yang tidak menyenangkan namun di dalamnya terdapat banyak kebaikan.
Ketiga, menyerahkan diri kepada Allah Swt. Ini adalah bentuk pengabdian manusia yang terakhir. Bentuk pengabdian yang memang menunjukkan bahwa seorang muslim adalah manusia, sehingga ia tidak bisa menentukan secara total apa yang diinginkannya. Ada Allah Swt, Tuhan yang mengatur dan menentukan apa yang pantas untuknya.
Setelah melakukan suatu amal atau pekerjaan, seorang muslim harus tawakkal atau menyerahkan diri kepada Allah Swt. Karena di sinilah nantinya, ia akan menjadi pribadi yang paham tentang siapa dirinya dam apa tujuan ia hidup di dunia ini. Karena tidaklah ada yang dilakukannya di dunia ini kecuali mencari keridhaan Allah Swt.
Inilah yang dijelaskan di dalam al-Qur’an dan juga menjadi bacaan setiap muslim di saat duduk antara dua sujud di setiap rakaat shalat, “Katakanlah (Muhammad), Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan seluruh alam.” (Al-An’am: 162)
Karena itu, penting dipahami bahwa seluruh aktivitas yang dilakukan mesti bertujuan meraih keridhaan Allah. Tak ada yang bisa dilakukan di dunia tanpa mendapat izin dari Allah. Melakukan kebaikan pun pada dasarnya atas izin Allah Swt.
Bila dikaji di dalam al-Qur’an, seluruh pertanyaan tersebut telah dijelaskan Allah Swt. Ada tiga bentuk pengabdian manusia kepada Allah Swt. Pertama, Ketundukan hati kepada Allah Swt. Para ulama sepakat, bahwa yang dimaksud dengan ibadah adalah tunduk, patuh dan merendahkan diri di hadapan Allah Swt. Artinya, pengabdian manusia semata-mata kepada Allah Swt.
Apa pun yang dilakukan manusia mesti bersandarkan dan berorientasi kepada nilai ketundukan, kepatuhan dan sikap merendahkan diri di hadapan Allah Swt. Dan ibadah, bukanlah sekedar shalat, puasa, zakat dan haji saja. Tapi apa pun yang dilakukan manusia yang mengandung nilai baik bisa dijadikan ibadah kepada Allah Swt. Bagaimana caranya? Rasulullah Saw. telah mengajarkannya melalui sabdanya, “Setiap pekerjaan yang punya nilai tetapi pekerjaan tersebut tidak dimulai dengan Bismillahhirrahmanirrahim, maka pekerjaannya terputus.”
Maksud dari kata terputus, menurut Syeikh Mutawalli Sya’rawi di dalam tafsirnya, hilangnya keberkahan dan pahala dari Allah Swt. Pekerjaan yang dilakukan menjadi tidak sempurna. Orang yang memulai pekerjaannya dengan membaca basmalah, ia tidak hanya mendapatkan balasan materi dari yang dikerjakannya, tapi juga mendapatkan balasan pahala dari Allah Swt. Dan inilah yang membedakan pekerjaan orang Islam dengan orang kafir.
Banyak di antara pribadi muslim kurang menyadari betapa pentingnya mengawali pekerjaan-pekerjaan yang baik dengan membaca basmalah. Padahal, tidaklah perbuatan baik tersebut bisa dilakukan tanpa ada izin Allah Swt. Dengan membaca basmalah, pada dasarnya kita sedang menunjukkan kerendahan diri kita kepada Allah Swt. Hanya Allah yang memberi kekuatan sehingga kita bisa melakukan pekerjaan tersebut.
Kedua, Taat kepada Allah tanpa perasaan berat. Sudah lazim terdengar, ketika seseorang disuruh beribadah kepada Allah kerap menjawab belum mampu atau belum siap. Ibadah kepada Allah tidak ada yang mudah, termasuk mengawali basmalah di setiap melakukan pekerjaan yang baik. Karena yang namanya tunduk, patuh dan menunjukkan sikap rendah diri kepada Allah memang diiringi dengan aturan-aturan yang cukup berat. Shalat shubuh, misalnya. Shalat fardhu yang dilakukan di saat terbit fajar ini berat bagi orang yang tak ingat akan tugas utama hidupnya di dunia ini adalah beribadah kepada Allah Swt.
Bahkan di dalam al-Qur’an, Allah Swt. juga menggambarkan seperti apa orang yang taat, patuh dan memiliki ketundukan hati kepada Allah Swt. “Tidak! Barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, Maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. Al-Baqarah [2]: 112). Secara singkat, ketundukan hati kepada Allah Swt. membuat seorang muslim tidak merasa berat dalam menjalankan pengabdian, bahkan ia tidak akan bersedih hati bila hal-hal yang tidak menyenangkan menimpa dirinya.
Sungguh, posisi seorang muslim dalam pengabdiannya kepada Allah Swt. juga digambarkan di dalam Al-Qur’an, “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisa: 65)
Artinya, seorang muslim tidak akan memiliki sedikit pun perasaan berat terhadap ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya. Malah, ia merasa mendapatkan kepuasan dari apa yang telah ditetapkan Allah. Pribadi inilah yang termasuk dalam sabda Rasulullah Saw. “Demi Allah Tuhan Ka’bah, sembahlah Allah sampai engkau benar-benar merasakan kepuasan. Jika tidak mampu, hendaklah dalam kondisi sabar saat menghadapi sesuatu yang tidak menyenangkan namun di dalamnya terdapat banyak kebaikan.
Ketiga, menyerahkan diri kepada Allah Swt. Ini adalah bentuk pengabdian manusia yang terakhir. Bentuk pengabdian yang memang menunjukkan bahwa seorang muslim adalah manusia, sehingga ia tidak bisa menentukan secara total apa yang diinginkannya. Ada Allah Swt, Tuhan yang mengatur dan menentukan apa yang pantas untuknya.
Setelah melakukan suatu amal atau pekerjaan, seorang muslim harus tawakkal atau menyerahkan diri kepada Allah Swt. Karena di sinilah nantinya, ia akan menjadi pribadi yang paham tentang siapa dirinya dam apa tujuan ia hidup di dunia ini. Karena tidaklah ada yang dilakukannya di dunia ini kecuali mencari keridhaan Allah Swt.
Inilah yang dijelaskan di dalam al-Qur’an dan juga menjadi bacaan setiap muslim di saat duduk antara dua sujud di setiap rakaat shalat, “Katakanlah (Muhammad), Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan seluruh alam.” (Al-An’am: 162)
Karena itu, penting dipahami bahwa seluruh aktivitas yang dilakukan mesti bertujuan meraih keridhaan Allah. Tak ada yang bisa dilakukan di dunia tanpa mendapat izin dari Allah. Melakukan kebaikan pun pada dasarnya atas izin Allah Swt.
Related Posts :
- Membangun gaya hidup Islami
- Hal-Hal yang Dapat Menguatkan Keimanan (Bagian 1)
- Allah Begitu Dekat dengan Kita
- Meraih Kunci Surga dengan Menjaga Lisan
- Wahai Muslimah, Perbanyaklah Zikir kepada Allah
- Bentuk Pengabdian Manusia Kepada Allah Swt
- Membincang Karakter Orang Fasik - 1
- Murtad dan Indikatornya
- Kecanggihan Terapi Ikhlas
- Cara Cerdas Lepas dari setiap Kesulitan menurut Islam - 2 (Habis)
- 5 Keutamaan Ramadhan
- Gaya Hidup Sehat Rasulullah
- Tafsir Surat An-Naba’ 37-38: Malaikat Pun Takut di Hari Penghisaban - 1
- Dunia di Tangan dan Akhirat di Hati
- 7 Sifat Manusia Penyebab Dosa Besar / Bag. 2
- Mengenal Tanah Haram Mekah
- 7 Sifat Manusia Penyebab Dosa Besar / Bag.1
- 3 Macam Puasa dalam Syariat Islam
- Surat al-Kahfi: Surat Untuk Mengoreksi Diri - 1
- Kabar Gembira Untuk Para Wanita
Langganan:
Poskan Komentar
(
Atom
)
Cari Blog Ini
Peranan Seorang Istri Dalam Islam
Peranan Seorang Istri Dalam Islam
Sebuah berita gembira datang dari sebuah hadits Rosul bahwa Rosulullah saw. Bersabda :
” Seluruh dunia ini adalah perhiasan dan perhiasan terbaik di dunia ini adalah wanita yang sholehah”.
Di dalam Islam, peranan seorang istri memainkan peranan yang sangat
penting dalam kehidupan berumah tangga dan peranannya yang sangat
dibutuhkan menuntutnya untuk memilih kualitas yang baik sehingga bisa
menjadi seorang istri yang baik. Pemahamannya, perkataaannya dan
kecenderungannya, semua ditujukan untuk mencapai keridho’an Allah swt.,
Tuhan semesta Alam. Ketika seorang istri membahagiakan suaminya yang
pada akhirnya, hal itu adalah untuk mendapatkan keridho’an dari Allah
swt. sehingga dia (seorang istri) berkeinginan untuk mengupayakannya.
Kualitas seorang istri seharusnya memenuhi sebagaimana yang disenangi
oleh pencipta-Nya yang tersurat dalam surat Al-Ahzab. Seorang wanita
muslimah adalah seorang wanita yang benar (dalam aqidah), sederhana,
sabar, setia, menjaga kehormatannya tatkala suami tidak ada di rumah,
mempertaankan keutuhan (rumah tangga) dalam waktu susah dan senang serta
mengajak untuk senantiasa ada dalam pujian Allah swt.
Ketika seorang wanita muslimah menikah (menjadi seorang istri) maka dia
harus mengerti bahwa dia memiliki peranan yang khusus dan
pertanggungjawaban dalam Islam kepada pencipta-Nya, Allah swt.
menjadikan wanita berbeda dengan pria sebagaimana yang disebutkan dalam
ayat Al-Qur’an:
” Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah
kepada sebagian yang lain. (karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa
yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa
yang mereka usahakan dan mohonlah kepada Allah sebagian dari
karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Segala Sesuatu.” (QS. An
Nisaa’ , 4:32).
Kita dapat melihat dari ayat ini bahwa Allah swt. membuat perbedaan yang
jelas antara peranan laki-laki dan wanita dan tidak diperbolehkan bagi
laki-laki atau wanita untuk menanyakan ketentuan peranan yang telah
Allah berikan sebagaimana firman Allah:
“ Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rosul-Nya telah menetapkan
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan
mereka.” (QS. Al Ahzab, 33:36)
Karenanya, seorang istri akan membenarkan Rosulullah dan akan membantu
suaminya untuk menyesuaikan dengan prinsip-prinsip syari’ah (hukum
Islam) dan memastikan suaminya untuk kembali melaksanakan
kewajiban-kewajibannya, begitupun dengan kedudukan suami, dia juga harus
memenuhi kewajiban terhadap istrinya.
Diantara hak-hak lainnya, seorang istri memiliki hak untuk Nafaqah
(diberi nafkah) yang berupa makanan, pakaian dan tempat untuk berlindung
yang didapatkan dari suaminya. Dia (suami) berkewajiban membelanjakan
hartanya untuk itu walaupun jika istri memiliki harta sendiri untuk
memenuhinya. Rosulullah saw. Bersabda :
” Istrimu memiliki hak atas kamu bahwa kamu mencukupi mereka dengan
makanan, pakaian dan tempat berlindung dengan cara yang baik.” (HR.
Muslim)
Ini adalah penting untuk dicatat bahwa ketika seorang istri menunaikan
kewajiban terhadap suaminya, dia (istri) talah melakukan kepatuhan
terhadap pencipta-Nya, karenanya dia (istri yang telah menunaikan
kewajibannya) mendapatkan pahala dari Tuhan-Nya. Rosulullah saw.
mencintai istri-istrinya karena kesholehan mereka.
Aisyah r.a. suatu kali meriwayatkan tentang kebaikan kualitas Zainab ra, istri ketujuh dari Rosulullah saw.,
”Zainab adalah seseorang yang kedudukannya hampir sama kedudukannya
denganku dalam pandangan Rosulullah dan aku belum pernah melihat seorang
wanita yang lebih terdepan kesholehannya daripada Zainab r.a., lebih
dalam kebaikannya, lebih dalam kebenarannya, lebih dalam pertalian
darahnya, lebih dalam kedermawanannya dan pengorbanannya dalam hidup
serta mempunyai hati yang lebih lembut, itulah yang menyebabkan ia lebih
dekat kepada Allah”.
Seperti kebesaran wanita-wanita muslimah yang telah dicontohkan kepada
kita, patut kiranya bagi kita untuk mencontohnya dengan cara mempelajari
kesuciannya, kekuatan dari karakternya, kebaikan imannya dan
kebijaksanaan mereka. Usaha untuk mencontoh Ummul Mukminin yang telah
dijanjikan surga (oleh Allah) dapat menunjuki kita kepada karunia surga.
Abu Nu’aim meriwayatkan bahwa Rosulullah saw. Bersabda :
“ Ketika seorang wanita menunaikan sholat 5 waktu, berpuasa pada bulan
Ramadhan, menjaga kehormatannya dan mematuhi suaminya, maka dia akan
masuk surga dengan beberapa pintu yang dia inginkan”. (Al Bukhori, Al
Muwatta’ dan Musnad Imam Ahmad).
wallahu a’lam bish showab..
Langganan:
Postingan (Atom)
Link ke posting ini